Senin, 24 Desember 2012

Mengapa Aku Suka Menyebut Diriku Gelandangan?

Dulu, awal bulan juli 2009 aku tiba di sebuah kota yang sangat asing bagiku. Namun aku menyadarinya karena niat awal memang kota itulah tujuanku.
Aku datng ke kota ini hanya membawa harapan dan berbekal impian untuk masa depan yang lebih baik. Disinilah awalnya aku bekerja dengan job yang telah ada dan di persiapkan untukku sebelumnya dari sebuah agensi penyalur tenaga kerja luar negri. Keelung City itulah nama tempat dimana aku bekerja dan tinggal.

Setahun sudah aku bekerja, gaji bolehlah dibilang lumayan, namun waktu itu aku masih dalam potongan,. Agensi memotong gajiku selama dalam setahun itu. Dan gaji yang aku terima hanya 4600/bulan saja. Namun aku bersyukur karena setelah setahun nanti gajiku akan full kuterima.

Namun entahlah apa yang ada dalam fikiranku, setelah setahun itu aku memilih pergi dari tempat kerja. Seperti ada yang membisikkan kata bahwa aku memang harus pergi.  Ya aku pergi saja nuruti kata hati. Atas keputusanku  meninggalkan tempat dan pekerjaanku itu adalah awal aku menyebut diriku sebagai gelandangan. Hidupku mulai tak menentu, aku harus pindah sana-pindah sini demi mendapat pekerjaan dan tempat tinggal.

Masih ingat bagaimana aku tidur di balik kendaraan-kendaraan yang sedang parkir bersama nyamuk-nyamuk yang bernyanyi riang sambil menghisap2ku. Waktu itu dalam perjalananku menuju Taipei, jam 2 malam belum ada kereta. Malu kalau harus tidur dan menunggu di stasion, disana banyak Pakde itu yg bikin aku tak nyaman.

Jam 5;40 ahirnya kereta beroperasi, jam 6 pagi tepat kereta bawa aku pergi menuju Taipei. kutemukan temanku yang telah kuhubungi sebelumnya lalu aku dikenalkannya oleh seorang agen kaburan.
Ahirnya aku temukan suasana baru, pekerjaan baru, namun aku bekerja tak menetap. pindah sana-pindah sini.

Aku menjalaninya sudah tiga tahun ini, tanpa identitas, perlindungan hukum dan sebagainya. Dan aku merasa kesulitan bila ingin pergi kedocter, kalaupun sedang sakit aku harus menanggung biaya berobat sendiri dan biayanya itu sangat mahal. Alhamdulillah kalaupun sedang sakit sakitku hanya sakit biasa saja, seperti demam, mag, itupun bayar biaya kedocter harus 3x lipat harganya.  tak satu identitas pun aku punya, dan di negeri orang ini yang namanya hidup cobaan sakit itu selalu ada, sakit hati dan sakit perasaan misalnya juga hehe..
  Tindakanku yang memilih pergi dari tempat pekerjaanku dulu telah mencoret hitam  data-dataku sendiri. Aku tergolong orang yang melanggar hukum peraturan yang ada.

Semua itu aku lakukan bukan aku tak tahu aturan UUD ketenaga kerjaan. namun ada alasan pelik yang sulit aku sendiri untuk menjabarkan. karena kisahnya begitu panjang, tak cukup satu malam rasanya untuk menulisnya. Itulah mengapa aku menyebut diriku gelandangan, tak mempunyai tempat tinggal yang tetap, kadang seminggu disana, dan seminggu lagi entah kemana lagi? tak jelas tujuan.

Namun, aku tak pernah takut. Karena aku masih ada Tuhan yang akan memberikan tempat untukku, dunia ini begitu luas. Aku jadikan dunia ini sebagai rumahku, langit adalah mata tajam yang selalu menjagaku, bumi adalah petunjuk jalan untukku tidak jadi sesat dan terlena  dalam kumelangkah. Meski aku hidup di alam liar, namun kekuatan iman itulah yang melindungiku. Jadi aku tak perlu takut.

Alloh adalah maha pelindung. Biarpun aku menjadi gelandangan tapi aku tak pernah merasa sengsara, aku bahagia bisa mengenal dunia dan berbagai orang-orangnya, dimana pun tempat berada selalu sama, ada orang baik juga ada orang jahat. tinggal bagaimana kita dengan sikap kita dan keyakinan kita sendiri. jika kita menanam kebaikan insyaalloh kebaikan pula yang akan kita petik. menjalani kehidupan ini aku tak ingin mengeluh, ini sudah menjadi pilihan, tapi yang namanya manusia dalam hati kadang akupun suka mengeluh. #maafkan aku Tuhan..

Aku takut dengan Pakde.  ia adalah orang yang bisa menangkapku dan memasukkan aku dalam kurungan paling tidak 2 bulan lamanya, bila tertangkap olehnya. maka dari itu aku harus hati-hati, tak boleh sembarangan keluyuran.  Kesalahannya bukan mencuri. bukan karena aku membunuh, bukan pula penipu, atau pencuri. Tapi tersangka utama sebagai pelarian alias BMI ilegal. [kaburan] namun sebenarnya aku lebih takut dengan Tuhan, untuk itu dalam pelarian ini aku harus menghindari hal yang buruk sejauh mungkin.

Mengapa aku kabur? maaf hal ini tak bisa aku ceritakan disini. kisahnya panjang Bgt.

Selama jadi kaburan memang hidupku bebas, tapi aku bukan berarti liar, dan tak punya aturan. Aku masih punya Tuhan. Alloh selalu mengawasiku dengan mata langitnya, kemana aku pergi ia selalu mengawasiku dan mengawasiku. Aku hidup di negri kafir. mencari makanan halal pun sulit. tapi hikmah dari aku menjadi kaburan, aku telah temukan beberapa ilmu dan pelajaran hidup yang berharga.
Buat teman2ku yang masih resmi.. janganlah mencoba untuk mengikuti jejakku ini. menjadi kaburan itu ngga enak. selalu was-was dan kadang ketakutan sendiri. was2 jika terjadi apa-apa, was-was jika jagi telat, karna sedetik kedepan yang terjadi kita tak pernah tahu. Apalagi statusnya kaburan, siapa yang akan menolong kita?

 bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar